1.        Pendahuluan

1.     Apa yang dimaksud berpikir kritis?

2.   Bagaimana ciri orang berpikir kritis?

  1.    3.   Apakah maksud  membaca kritis?
    1. Apakah kemampuan berpikir kritis dan membaca kritis diperlukan guru?

5. Bagaimana cara berpikir dan membaca secara kritis?

        Untuk membahas kelima pertanyaan di atas, maka perhatikan penjelasan berikut ini!

Dalam suatu forum (KKG/MGMP), salah seorang guru baru saja menjadi peserta seminar dan berbagi informasi mengenai suatu metode pembelajaran, misalkan metode Jigsaw. Ia menjelaskan bahwa menurut pemakalah dalam seminar tersebut,  metode Jigsaw merupakan metode yang ampuh dan telah diterapkan di negara-negara di Eropa. Dengan menggunakan metode tersebut para siswa menjadi aktif dan kompetensi belajar siswa tercapai dengan baik. Guru tersebut menyarankan para guru menggunakannya. Untuk menguatkan sarannya, guru tersebut melampirkan langkah atau tahapan menerapkan metode Jigsaw .

Berdasarkan penjelasan di atas, bagaimana sikap Anda yang kebetulan menjadi peserta dalam forum KKG/MGMP tersebut? Apakah menerima saran guru tersebut? Apakah langsung menolak? Apakah menunggu guru lain mencoba dan melihat hasilnya? Atau Anda akan melakukan tindakan lainnya?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan  dan menyikapi kasus di atas, Anda sebaiknya mempelajari  keterampilan berpikir kritis dan membaca kritis.

Dalam hidup ini seseorang tidak lepas dari berpikir tetapi apakah semua yang dipikirkan dapat dikatakan kritis? Jawabannya tentu tidak. Seseorang dapat dikatakan berpikir kritis di antaranya ketika ia banyak membaca dan menyimak informasi yang berimbas pada ketajaman dalam menelaah suatu tulisan. Jadi, seorang pendidik  seharusnya dapat berpikir kritis (critical thinking) dan membaca kritis (critical reading). Dengan berpikir kritis, kita tidak saja memahami apa yang didengar  atau dilihat, tetapi juga dapat memberi penilaian dan perbaikan yang dianggap perlu. Demikian juga dengan membaca kritis, kita dapat menilai dengan membandingkan berbagai hasil bacaan dan memaparkan tulisan dengan mengacu pada pendapat yang kita anggap sesuai  dengan apa yang sedang ditulis.

  1. B.        Pengertian dan Cara Berpikir Kritis
Perhatikan penjelasan berikut ini!Berdasarkan pengalaman mengajar beberapa tahun yang lalu, pembelajaran bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak perlu diajarkan dengan metode diskusi.Belajar bahasa Indonesia sangatlah mudah dipelajari, cukup dengan belajar melalui buku saja.

Cobalah berpikir sejenak setelah membaca penjelasan di atas! Anda akan menjawab”Belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tidak mungkin hanya dengan menggunakan buku saja, tetapi harus dilatih dengan cara lain, misalnya  berdiskusi. Materi diskusi dapat dikaitkan dengan lingkungan keluarga. Pada pelaksanaan diskusinya antara lain terdapat kegiatan seseorang ditunjuk  menyajikan apa yang ditulis oleh orang tersebut. Sebelumnya karangan yang disusunnya dibagikan kepada teman-temannya, dan kepada guru atau instrukturnya.

Penjelasan di atas adalah kasus sederhana yang menggambarkan bahwa kajian kritis perlu dilakukan dalam menghadapi suatu masalah. Kita harus bersikap kritis terhadap data yang ada, termasuk kesimpulan yang disajikan. Sikap “kritis” diperlukan  agar dapat mengambil suatu kesimpulan yang tepat dan akurat.

  1. 1.     Pengertian Berpikir Kritis

Beberapa ahli mengungkapkan definisi  berpikir kritis beragam tetapi ada beberapa komponen yang mengandung kesamaan. Krulik & Rudnick dalam Sumardyono dan Ashari S  (2010:9) mendefinisikan berpikir kritis sebagai berpikir yang menguji, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi masalah. Termasuk di dalam berpikir kritis adalah mengelompokkan, mengorganisasikan, mengingat, dan menganalisis informasi. Sejalan dengan pandangan di atas,  Norris dan Ennis dalam Alec Fisher dalam Sumardyono dan Ashari S  (2010) menyatakan, berpikir kritis adalah berpikir yang beralasan dan reflektif yang fokus untuk memutuskan apa yang dapat dipercaya dan apa yang tidak dapat dipercaya.

Lebih lanjut Sumardyono dan Ashari S  mendeskripsikan bahwa berpikir kritis memerlukan kemampuan membaca, memahami, dan mengidentifikasi masalah serta kemampuan mengklasifikasi dan membandingkan, sehingga dapat menggambarkan kesimpulan dengan lebih baik dari yang diberikan, serta dapat menentukan ketidakonsistenan dan kontradiksi dari informasi tersebut. Tidak semua informasi  yang diterima dapat  dijadikan pengetahuan yang diyakini kebenarannya untuk dijadikan panduan dalam tindakan. Demikian halnya dengan informasi yang dihasilkan, tidak selalu informasi yang benar. Keputusan atau kesimpulan yang dilakukan dengan berpikir kritis merupakan informasi terbaik setelah melalui pengkajian dari berbagai sumber informasi, termasuk mengkaji kesimpulan yang dihasilkan dengan memberikan bukti-bukti pendukung.

Berpikir kritis menurut Gega dalam Sumardyono dan Ashari S  (2010:9) adalah berpikir yang menggunakan bukti-bukti untuk mengukur kebenaran kesimpulan, serta dapat menunjukkan pendapat yang terkadang kontradiktif, bahkan mau mengubah pendapatnya jika ternyata ada bukti lebih kuat yang bertentangan dengan pendapatnya. Ada dua langkah berpikir kritis, yaitu; melakukan proses penawaran yang diikuti dengan pengambilan keputusan atau pemecahan masalah.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kegiatan berpikir yang mendalam, komprehensif, argumentatif, logis, dan evaluatif.

  1. 2.     Ciri Orang Berpikir Kritis

Ciri orang berpikir kritis menurut Raymon S. Nickerson dalam Didin dalam Sumardyono dan Ashari S (2010:10) adalah:

  1. menggunakan bukti yang kuat  dan tidak memihak;
  2. dapat men gungkapkan secara ringkas dan masuk akal;
  3. dapat membedakan secara logis antara simpulan yang valid dan tidak valid;
  4. menggunakan penilaian, bila tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung sebuah keputusan;
  5. mampu mengantisipasi kemungkinan konsekuensi dari suatu tindakan;
  6. dapat mencari kesamaan dan analogi (kemiripan);
  7. dapat belajar secara mandiri;
  8. menerapkan teknik pemecahan masalah (problem solving);
  9. menyadari fakta bahwa pemahaman seseorang selalu terbatas;
  10. mengakui kekurangan terhadap pendapatnya sendiri.
  11. 3.     Cara Berpikir Kritis

Browne Keeley dalam buku Asking the Right Questions: A Guide to Critical Thinking dalam Sumardyono dan Ashari S  (2010:11) menyarankan beberapa pertanyaan yang dapat membantu dan dapat kita ikuti sebagai strategi atau cara berpikir kritis. Berikut ini ada beberapa pertanyaan yang dapat membimbing untuk berpikir kritis sehingga dapat menarik kesimpulan secara tepat.

  1. Apa yang menjadi berita dan apa yang menjadi simpulannya?
  2. Apa yang menjadi alasan atau argumentasinya?
  3. Apa ada kata atau pertanyaan atau tindakan yang ambigu (membingungkan)?
  4. Apa yang menjadi nilai yang dikemukakan?
  5. Apa yang menjadi asumsi?
  6. Apakah ada kesalahan dalam pemberian alasan?
  7. Apakah bukti-bukti yang disajikan sudah benar?
  8. Apakah ada sebab lain yang mungkin?
  9. Apakah data yang disajikan akurat?
  10. Apakah ada informasi penting yang diabaikan?
  11. Apakah mungkin terdapat simpulan lain yang beralasan?
  12. C.        Pengertian dan Cara Membaca Kritis

Perhatikan pernyataan di bawah ini!

Karena diketahui hasilnya sangat efektif, maka cara  memperoleh (acquiring) bahasa seperti diadopsi ke dalam pembelajaran (learning) bahasa. Muncullah cara pembelajaran kontekstual, di mana  materi bahasa dirakit dalam suatu konteks, dipilih sesuai dengan tingkat keseringan kemunculannya, dan dipilih berdasarkan konteks fungsional. Itulah sebabnya, pemilihan materi bahasa harus juga mendasarkan faktor sosiolinguistis dan pragmatis. Faktor sosiolinguistis menentukan pilihan-pilihan variasi sosiolinguistis: siapa mitra bicara, dalam konteks apa berbicara, saluran apa yang dipilih, tujuan apa yang dicapai. Faktor pragmatis menentukan pilihan-pilihan variasi kebahasaan berdasarkan tingkat keresmian komunikasi.

Contoh di atas menggambarkan betapa pentingnya membaca secara kritis. Ketika si pembaca tidak mencermati dengan saksama apakah ia mampu membuat keputusan, simpulan, atau penilaian? Tentu sulit bukan? Oleh karena itu, membaca kritis membutuhkan konsentrasi.

  1. 1.     Pengertian Membaca Kritis     

Soedarsono (1994) mengatakan bahwa membaca kritis (critical reading) adalah cara membaca dengan melihat motif penulis dan menilainya.  Pembaca tidak sekedar menyerap apa yang ada, tetapi ia bersama-sama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca secara kritis berarti  kita harus mampu membaca secara analisis dengan melakukan penilaian. Dalam membaca harus ada interaksi  penulis dengan pembaca yang saling mempengaruhi sehingga terbentuk pengertian baru.

Jika kita ingin membaca dengan baik, kita harus membaca dengan pikiran yaitu berpikir, menilai, dan membuat batasan. Kesemuanya ini harus dilakukan secara serentak.

  1. 2.     Tujuan Membaca Kritis

Menurut Sumardyono dan Ashari S (2010:14), secara umum tujuan membaca kritis adalah untuk:

  1. mengetahui tujuan penulis membuat tulisan;
  2. memahami bagian-bagian yang diyakinkan dan yang ditekankan oleh penulis; dan
  3. mendapatkan bagian-bagian mana penulis melakukan bias (penyimpangan dari maksud sebenarnya).
  4. 3.     Langkah-langkah Membaca Kritis

Menurut Soedarsono (1994), proses membaca kritis  dapat dilakukan sebagai berikut.

  1. Mengerti isi bacaan yaitu; ide pokok, fakta dan rincian penting, dan dapat membuat kesimpulan dan interpretasi dari ide-ide itu.
  2. Menguji sumber penulis; apakah dapat dipercaya?, cukup akuratkah?, apakah dia/mereka kompeten di bidangnya?.
  3. Ada interaksi antara penulis dan pembaca; tidak hanya mengerti maksud penulis tetapi harus membandingkan dengan pengetahuan yang kita miliki, serta dari penulis lainnya.
  4. Menerima atau menolak; mempercayai, mencurigai, meragukan, mempertanyakan, atau tidak percaya.

Menurut Vincent Ryan Ruggiero dalam Sumardyono dan Ashari S  (2010:14), langkah-langkah strategis membaca kritis adalah sebagai berikut.

Tanyakanlah pertanyaan-pertanyaan tersebut pada diri kita sendiri.

  1. Apa topiknya?
  2. Kesimpulan apa yang diambil oleh pengarang tentang topik tersebut?
  3. Alasan-alasan apa yang diutarakan pengarang agar dapat dipercaya?

Perhatikan alasan-alasan tidak obyektif yang dapat mengecoh pembaca, misalnya; iba, ketakutan, dan data statistik yang tidak sesuai.

  1. Apakah pengarang menggunakan kata netral atau tidak?

Muhadi Sugiono dalam Sumardyono dan Ashari S  (2010:15) mengatakan, untuk membantu pengembangan kemampuan membaca kritis, berikut ini pertanyan-pertanyaan yang dapat diajukan.

  1. Apa yang ingin disampaikan penulis?

–     Tentang apakah tulisan yang kita baca?

–     Mengapa penulis ingin menulis hal itu?

  1. Apa alasan penulis?

Selain mengetahui apa yang sedang dibaca, perlu juga diketahui alasan yang mendorong penulis menuliskannya dalam sebuah tulisan. Selain itu perlu juga mengatahui sudut pandang penulis melalui alasan yang dibuat atau upaya penulis untuk meyakinkan pembacanya berpikir agar pembaca percaya. Alasan tersebut dapat ditemukan dengan mudah atau sulit karena dapat terletak di awal, tengah, akhir, ataupun menyebar di berbagai tempat atau paragraf.

  1. Apa ada alasan atau sudut pandang yang berbeda?

Pembaca kritis harus memulai dari keyakinan bahwa pasti ada alasan berbeda dari alasan pengarang. Semua itu untuk meyakinkan pembaca mengapa alasan tersebut tidak memadai atau bahkan salah. Akan tetapi terkadang tidak mengemukakan alasan alternatif, sehingga pembaca harus mencari sendiri.

  1. Apakah bukti yang ditampilkan penulis?

Alasan yang kuat merupakan  cara meyakinkan pembaca. Tetapi, pembaca terkadang tidak cukup diyakinkan hanya dengan alasan semata, melainkan harus dengan bukti-bukti yang mendukung alasan misalnya; pengalaman, logika, emosi, sejarah, pernyataan ahli atau pakar, dsb.

  1. Apakah bukti yang ditampilkan penulis sangat mendukung?

Bukti-bukti yang ditampilkan penulis tidak selalu mendukung. Sebagai pembaca kritis, harus mencoba memahami upaya penulis untuk mendukung alasan dengan bukti-bukti yang mendukung sudut pandang obyektif, tidak langsung melalui sudut pandang kita sendiri. Misalnya; apakah bukti yang disampaikan masuk akal? Jika bukti berupa fakta, apakah bukti tersebut dapat diandalkan? Apakah sumbernya dapat dipercaya? Apakah data statistik memperkuat alasan dan mendukung bukti lain yang diajukan penulis? Pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tidak mudah untuk dijawab, bahkan pembaca kritis dituntut berpikir keras untuk melakukannya.

  1. Apa pendapat kita?

Setelah semua proses di atas selesai, bagian akhir yang tidak kalah pentingnya adalah pendapat kita terhadap tulisan yang dibaca. Setelah memahami alasan penulisan dan bukti-bukti yang diajukan penulis, saatnya melihat pandangan kita. Apakah penulis berhasil meyakinkan kita dengan mengacu pada bukti-bukti. Pada awal tulisan, kita  sepaham dengan gagasan penulis tetapi hingga akhir tulisan yang dibaca, kita menyimpulkan bahwa penulis tidak dapat memenuhi apa yang dijanjikannya. Sebagai pembaca kritis, tidak perlu menyesal telah membaca  suatu tulisan karena tidak paham, sebab dalam membaca tulisan ada tulisan yang isinya kurang bagus dan juga cara penyajiannya juga membingungkan pembacanya.

  1. D.        Bahan Refleksi

Setelah Anda membaca dan mencermati pembahasan tentang kajian kritis, cermati, renungkan dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini.

  1. Sebutkan hal-hal penting yang merupakan ciri berpikir kritis!
  2. Apakah berpikir kritis selalu menghasilkan simpulan yang selalu berbeda dan tak terduga?
  3. Bagaimana cara berpikir kritis  untuk menarik suatu kesimpulan?
  4. Dari ciri-ciri berpikir kritis, apakah semua karakteristik dapat mendukung semua mata pelajaran? Sebutkan alasan  Anda!
  5. Perhatikan kalimat berikut ini. Apakah tindakan guru tersebut lemah? Untuk itu ajukan beberapa pertanyaan dan jawabannya untuk memperoleh suatu kesimpulan.
  6. Setelah Anda mempelajari pengertian membaca kritis, apakah dalam membaca kritis diperlukan keterampilan berpikir kritis? Jelaskan pendapat Anda!
  7. Dalam membaca kritis, kadang-kadang kita hanya membaca tulisan saja tanpa kehadiran penulis. Dalam situasi seperti itu, apakah kita terlebih dahulu mengkonfirmasi kepada penulis sebelum  mengkritisi isi tulisan?
  8. Bagian penting dalam membaca kritis adalah memahami alasan penulis apakah benar-benar masuk akal. Jelaskan!
  9. Dalam membaca kritis salah satu bagian yang penting adalah bukti yang ditampilkan penulis. Jelaskan maksudnya!

Jika Anda sudah berhasil menjawab pertanyaan di atas, maka silakan Anda melanjutkan membaca dan membahas kegiatan belajar berikutnya. Apabila belum berhasil menjawab pertanyaan, baca dan pahami kembali materi pada lampiran 1 ini dan diskusikanlah dengan rekan sejawat Anda.

Lampiran 2: Bahan Bacaan 2

KAJIAN KRITIS TERHADAP ARTIKEL ATAU BUKU

Pernahkah Anda membaca suatu tulisan  yang mengulas kelebihan dan kekurangan suatu tulisan ? Pernahkah Anda menulis hal serupa? Apa yang dimaksud dengan kajian kritis atau telaah kritis (critical review) terhadap artikel atau buku? Bagaimana cara melakukannya?

Dalam bahan bacaan ini, Anda dapat mempelajari bentuk ulasan kajian kritis. Bagaimana caranya?  Silakan dibaca dan dibahas dengan saksama. Setelah mempelajari bahan bacaan  ini, Anda diharapkan mampu memahami konsep kajian kritis terhadap artikel atau buku dan terampil melakukan kajian kritis terhadap artikel atau buku.

Banyak tulisan berbentuk buku atau artikel. Dalam menganalisisnya dibutuhkan kompetensi yang kritis karena dibutuhkan simpulan  mengenai layak tidaknya artikel atau buku tersebut dijadikan sebagai sumber kepustakaan untuk digunakan dalam kajian tertentu.

  1. A.    Konsep Kajian Kritis terhadap Suatu Artikel atau Buku

Ketika Anda membaca sebuah artikel atau buku terkadang muncul satu masalah yaitu keraguan dari isi artikel atau buku yang dibaca. Sementara Anda membutuhkannya sebagai bahan rujukan untuk tulisan Anda. Apa yang harus dilakukan? Anda harus melakukan kajian kritis dengan cara mengaitkan pengalaman dan pengetahuan yang pernah dibaca. Setelah mengkaji secara kritis, maka Anda akan yakin bahwa bagian mana yang dijadikan sebagai bahan rujukan dan bagian mana yang meragukan  sehingga tidak layak dijadikan sebagai bahan rujukan.

Kajian kritis sangat erat kaitannya dengan membaca kritis. Seseorang dapat melakukan kajian apabila ia sudah membaca beberapa buku atau artikel terkait dengan pembahasan yang sama. Oleh karena itu, keterampilan berpikir kritis dan membaca kritis adalah sebagai prasyarat seseorang dalam melakukan kajian kritis secara sempurna dan berkualitas.

  1. B.     Apakah Kajian Kritis itu?

Dalam bahasa Inggris, istilah yang digunakan adalah “Critical Review”, sementara dalam bahasa Indonesia menggunakan istilah “Kajian Kritis” atau “ Telaah Kritis”, atau “Tinjauan Kritis”.

Dalam glosarium BBM PTK Generik dikemukakan bahwa kajian kritis merupakan suatu  kegiatan membaca, menelaah, menganalisis suatu bacaan/artikel untuk memperoleh ide-ide, penjelasan, data pendukung yang mendukung pokok pikiran utama, serta memberikan komentar terhadap isi bacaan secara keseluruhan dari sudut pandang kepentingan pengkaji. Berdasarkan pengertian ini dapat dinyatakan bahwa kegiatan utama yang dilakukan dalam kajian kritis adalah pemahaman akan makna yang tertuang dalam suatu teks.

Kata kunci yang dijumpai dalam pengertian kajian kritis di atas adalah membaca, menelaah, menganalisis, ide-ide, data pendukung, memberi komentar, dan sudut pandang kepentingan pengkaji. Ada hal utama dari kata kunci ini, yaitu aktifitas kajian, obyek kajian, dan kepentingan pengkaji. Aktivitas kajian merupakan prosedur yang dilakukan dalam melakukan pengkajian, obyek kajian merupakan isi teks atau wacana, artikel, buku yang hendak dikaji, dan kepentingan pengkaji merupakan tujuan yang hendak dicapai oleh subjek pengkaji. Ketiga hal ini berpilin menjadi satu membangun suatu aktivitas yang disebut dengan kajian kritis.

Adapun yang harus dikaji dalam kajian kritis adalah kejelasan (clarity), mutu (quality), dan keaslian (originality). Selain itu perlu juga diperhatikan relevansi (kemanfaatan dan keyakinan) dan tampilan.

  1. C.     Tujuan Kajian Kritis (Terhadap Artikel atau Buku)

Tujuan kajian kritis adalah untuk menilai dan memberi masukan terhadap tulisan. Oleh sebab itu dibutuhkan membaca baik artikel atau buku. Dalam membaca terkadang si pembaca hanya membaca bagian tertentu saja sesuai dengan kebutuhan tulisannya. Hal ini kurang baik dilakukan karena kemungkinan pendapat si penulis masih berhubungan dengan informasi selanjutnya.

Tujuan kajian kritis lainnya adalah untuk memperoleh informasi sesuai dengan apa yang ditulis artinya, Anda dapat membandingkan hasil kajian sebelumnya dengan apa yang sedang Anda kaji.

  1. D.    Prinsip Kajian Kritis
    1. Kajian Ilmiah/Obyektif

Kajian ilmiah/obyektif berupa; 1) menyajikan data, fakta dan opini secara obyektif dan logis, 2) pernyataan dalam kalimat tulus, benar, sesuai aturan dan norma yang berlaku serta sesuai dengan kaidah bahasa yang berlaku, dan 3) tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta, tidak emosional atau menonjolkan emosi.

  1. Sikap Ilmiah/Prediktif

Ada beberapa sikap kritis dalam bentuk sikap ilmiah yang meliputi  a) sikap ingin tahu, kritis, terbuka, dan obyektif, b) menghargai karya orang lain, c) berani mempertahankan kebenaran, dan d) mempunyai pandangan luas dan jauh ke depan.

  1. Sistematis dan Holistik

Sistematis menuntut kajian dilakukan secara berurutan dan terpadu sehingga satu aspek dengan aspek lainnya membentuk suatu keseluruhan yang tertata rapi.

  1. E.     Aspek Kajian Kritis

Dalam kajian kritis terdapat 5 (lima) aspek yang harus diperhatikan. Kelima aspek tersebut adalah aspek bahasa, membaca, konteks, keutuhan bacaan dan aspek pembaca.

  1. Aspek bahasa ; dalam menggali suatu artikel ataupun buku perlu diperhatikan penggunaan bahasa baik dari segi pilihan kata, kalimat, hubungan antarkalimat dan paragraf.
  2. 2.  Aspek pembacaan teks; dalam membaca, pembaca berusaha menemukan ide yang ada dalam bacaan. Ada dua hal penting yang mempengaruhi pembaca yaitu (1) skemata pembaca (membandingkan apa yang dibaca dengan apa yang telah dimilikinya baik melalui hasil bacaan dan pengalamannya), dan (2) strategi penyajian ada dua yaitu wacana yang bentuknya tertutup; bahasanya cenderung menggunakan bahasa bidang ilmu serumpun yang hanya dipahami oleh orang tertentu saja. Wacana bentuknya terbuka yaitu bahasa yang digunakan bersifat umum dan mudah dipahami.
  3. Aspek konteks; yaitu penyampaian isi atau informasi si penulis kepada pembacanya sesuai dengan tema yang ditulis. Si pembaca akan mudah memahami isinya apabila yang dibacanya sesuai dengan latar belakang ilmu dan pengalaman yang dimilikinya.
  4. Aspek keutuhan bacaan; aspek keutuhan bacaan yang perlu dikaji secara cermat dari sebuah bacaan meliputi: siapa penulisnya, rujukan yang digunakan, relevansi rujukan yang diacu, ketepatan cara merujuk, akurasi/ketelitian data, kedalaman analisis dan pembahasan, kejelasan dan kemudahan uraian, kelengkapan informasi, dan Kesesuaian isi artikel dengan gagasan yang akan ditulis.
  5. Aspek pembaca; aspek pembaca terutama terkait dengan niat pembaca dan kesesuaian isi bacaan dengan kebutuhan pembaca.
  6. F.     Pemilihan Bahan dalam Kajian Kritis

Menurut Sumardyono dan Ashari S (2010:26), sumber-sumber bacaan yang dapat dirujuk sebagai dasar untuk perbaikan pembelajaran, menulis proposal dan laporan penelitian, atau menulis makalah atau artikel ilmiah antara lain sebagai berikut.

  1. Makalah ilmiah yang disampaikan dalam forum resmi seperti seminar, lokakarya, atau diskusi panel.
  2. Artikel populer atau artikel ilmiah dalam surat kabar harian maupun majalah.
  3. Artikel dalam jurnal ilmiah, khususnya terkait jurnal dunia pendidkan matematika.
  4. Artikel  dalam jurnal ilmiah online di internet.
  5. Artikel ilmiah dari situs-situs resmi organisasi.
  6. Artikel ilmiah yang disajikan secara perorangan dalam weblog atau situs pertemuan.
  7. Buku-buku terpublikasi (khususnya yang ber-ISSN) terutama mengenai atau yang terkait dengan pendidikan bahasa, IPA,IPS.

Beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan bahan kajian/rujukan adalah:

  1. memiliki tingkat keilmiahan tinggi meliputi artikel dalam jurnal ilmiah, laporan penelitian, dan buku bacaan;
  2. artikel yang terbaru (up to date), minimal 5 tahun terakhir. Untuk buku bacaan yang sesuai masih dimungkinkan yang terbit 10 tahun terakhir; dan
  3. kesesuaian bahan bacaan yang akan dikaji dan dirujuk dengan kepentingan gagasan yang akan diteliti atau ditulis oleh penelaah.
  4. G.    Mengapa Pendidik (Guru) Perlu Melakukan Kajian Kritis?

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan mengapa pendidik/guru perlu melakukan kajian kritis adalah untuk:

  1. meningkatkan kompetensi pendidik/guru dalam berpikir kritis dan membaca kritis sebab untuk melakukan kajian kritis diperlukan keterampilan berpikir kritis dan membaca kritis;
  2.  mendapatkan keuntungan yang banyak dari bahan kepustakaan dan tidak terjebak pada opini atau pendapat yang keliru dari suatu tulisan. Selain itu, dengan kajian kritis diharapkan terhindar dari persepsi dan konsepsi yang salah terhadap suatu tema tertentu;
  3. melatih keterampilan dasar penelitian (research) dalam menelaah, menganalisis, dan memilih bahan kepustakaan.
  4. H.    Struktur Tulisan Kajian Kritis terhadap Artikel atau Buku

Menurut Sumardyono dan Ashari S  (2010:24), dalam menulis kajian kritis tidak ada contoh  baku yang dapat dianut, baik kajian kritis tentang artikel ataupun buku. Cara yang mudah adalah mengikuti struktur artikel atau buku yang dikaji disertai dengan analisis dan penilaian. Jika tulisan kajian kritis yang akan dibuat ditujukan untuk diterbitkan pada suatu  jurnal tertentu, maka sebaiknya kita mengikuti aturan struktur tulisan yang ditetapkan oleh jurnal tersebut.

Lebih lanjut menurut Sumardyono dan Ashari S  (2010:25-26) ada lima bagian yang harus dipenuhi dalam menulis kajian kritis.

  1. 1.     Pendahuluan

Isi pendahuluan menerangkan apa judul, siapa pengarang, penjelasan umum mengenai topik artikel/buku, tujuan penulisan artikel/buku, ringkasan mengenai apa yang disimpulkan dari artikel/buku, argumentasi serta alasannya, serta diakhiri dengan pernyataan umum mengenai penilaian terhadap artikel/buku.

Umumnya bagian pendahuluan menghabiskan maksimal satu halaman untuk kajian terhadap artikel dan maksimal tiga halaman untuk kajian terhadap buku.

  1. 2.     Rangkuman

Memaparkan ringkasan dari hal-hal pokok artikel/buku beserta contoh-contohnya. Selain itu dapat juga memuat penjelasan mengenai maksud penulis artikel/buku dan bagaimana artikel/buku disusun/diorganisasi. Panjang bagian rangkuman artikel/buku sekitar sepertiga dari tulisan kajian kritis.

  1. 3.  Kritik

Pemaparan kritik harus seimbang antara diskusi dengan penilaian  terhadap kelebihan, kelemahan, dan hal-hal penting dari artikel/buku. Dasar pertimbangan pada kriteria yang khusus, dan sertakan sumber-sumber lain untuk mendukung penilaian Anda.  Berikut ini beberapa saran dalam menyusun kritik.

  1. Mulai dari simpulan terpenting baru pada simpulan yang kurang penting.
  2. Bila penilaian Anda lebih bersifat positif, mulailah dari penilaian  yang negatif kemudian baru dikemukakan yang bersifat  positif. Sebaliknya bila penilaian Anda bersifat negatif, mulailah dari penilaian positif baru dilanjutkan dengan penilaian negatif.
  3. Anda dapat juga menulis rekomendasi agar artikel/buku tersebut dapat dikembangkan terkait dengan gagasan dan pendekatan penelitian/kajian; kerangka teori yang digunakan untuk mengkaji juga dapat dimuat pada bagian ini.
    1. 4.  Simpulan

Bagian ini hanya terdiri dari beberapa paragraf saja. Paparkan kembali secara umum keseluruhan penilaian terhadap artikel/buku dan nyatakan secara umum rekomendasi yang diusulkan. Jika perlu, beberapa penjelasan tentang penilaian kita dapat ditulis sehingga tampak bahwa kritik kita cukup adil dan beralasan.

  1. 5.  Referensi

Jika Anda menggunakan sumber kepustakaan lain dalam kajian tersebut, maka harus dinyatakan sebagai daftar pustaka pada bagian ini secara jelas.

  1. I.      Bahan Refleksi

Setelah Anda mempelajari uraian materi kajian kritis, selanjutnya cermati, renungkan dan jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!

  1. Sebutkan dan jelaskan berapa kata kunci  yang mewakili konsep kajian kritis?
  2. Pilihlah majalah dan carilah judul yang terkait dengan  “resensi buku”. Cermatilah isi resensi buku tersebut. Apakah resensi buku tersebut termasuk kajian kritis?
  3.  Carilah beberapa artikel yang merupakan hasil kajian kritis, yaitu tulisan yang memiliki bagian judul; kajian kritis, telaah kritis, atau tinjauan kritis. Cermati struktur organisasi penulisan yang dipergunakan, lalu temukan perbedaan dan kesamaannya!
  4. Sebut dan jelaskan struktur tulisan kajian kritis terhadap artikel atau buku.
  5. Apakah perbedaan antara tulisan  hasil kajian kritis dengan artikel pada umumnya? Jelaskan masing-masing dengan singkat!

Penulis : Hidayat Ketua MGMP Korwil Cikatomas Kab . Tasikalaya